Breaking

Selamat datang di blog Rahmi Intan. Blog ini mengenai seputar karya-karya Rahmi Intan

Wednesday, January 24, 2018

Piaraan Kakek (Cerpen Anak)








“PIARAAN  KAKEK”
Oleh : Rahmi  Intan

            Zahra sangat dekat dengan kakeknya. Hampir setiap minggu dia mengunjungi rumah kakek yang hanya berjarak lima rumah dari rumahnya. Memang tidak terlalu jauh, tapi cukup berjalan beberapa langkah sudah sampai ke sana.
Burung piaraan kakek sangat banyak sekali, dari jenis burung yang paling bagus warnanya hingga yang biasa-biasa saja. Karena itulah Zahra tertarik untuk bermain ke rumah kakek. Meskipun kakek hanya tinggal sendiri saja di rumahnya, tapi kakek tak pernah kesepian. Dia tidak pernah lupa untuk memberi makan semua piaraan supaya semua piaraan kakek sehat, dan terhindar dari virus flu burung yang menyebar di mana-mana.
Minggu kali ini, Zahra ingin bermain ke rumah kakek. Ada satu hal yang mendorongnya untuk pergi ke rumah kakek siang itu. Dia pamit kepada kedua orang tua.
“Papa.. Mama.. Zahra ingin ke rumah kakek, apa papa dan mama mengizinkan Zahra ke  sana?”
“Boleh! Tapi nanti sore, Zahra sudah berada di rumah, ya Nak?”
“Baik, Bunda. Zahra pergi dulu! Assalamu’alaikum!” jawabnya sambil menyalami dan mencium kedua tangan orang tuanya.
“Walaikumussalam!”
            Zahra berjalan dengan girangnya menuju rumah kakek yang cukup mewah. Setibanya di sana, tok, tok, tok! Pintu rumah kakek terdengar ada yang mengetok. Kakek membukakan pintu rumah.
“Assalamu’alaikum! Apa kabar, Kek?” tanyanya sambil bersalaman dengan kakek.
Walaikumussalam! Kabar kakek baik-baik saja. Kamu sendiri kabarnya bagaimana Zahra? Ayo.. Masuk!” ajak kakek.
“Alhamdulillah! Zahra sehat juga, Kek. Oh iya Kek, Zahra masih penasaran dengan burung yang satu itu, Kek,” ucapnya sambil menunjuk sebuah burung piaraan kakek.
“Burung yang mana? Burung yang ini maksud cucu kakek?” tanya kakek sambil mengambil burung piaraan yang ditunjuk Zahra.
“Kakek tidak takut dengan burungnya? Burungnya seram sekali. Mata dan bulu di lehernya membuat Zahra takut, tapi Zahra penasaran kenapa burung yang satu ini sangat seram sekali bentuknya, Kek?”
“Ini namanya burung hantu atau kokok beluk. Burung ini memang terlihat sangat seram sekali dan banyak mitos beredar tentang burung hantu ini.”
“Zahra pernah mendengar mitos tentang burung ini, Kek. Kata orang bukannya burung hantu itu pembawa kematian, Kek, lalu ada juga yang mengatakan pembawa sial. Apa betul itu, Kek?”
“Sebenarnya banyak pendapat tentang burung hantu ini. Di dunia barat, burung hantu adalah lambang kebijaksanaan, hanya di Indonesia saja yang percaya tentang pembawa kematian. Itupun tidak seluruhnya yang percaya bahwa burung hantu pertanda maut.”
“Oh, begitu!
Iya Cu. Bulunya yang kecoklatan dengan bercak-bercak hitam dan putih, lalu ekornya yang pendek dengan sayap besar dan lebar, dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini terlihat seram. Zahra perhatikan saja kalau tidak percaya dengan omongan kakek.”
“Kakek benar, kira-kira, panjang sayapnya berapa, Kek?”
“Panjang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.”
“Sekarang Zahra sudah mengerti. Zahra menanyakan ini kepada kakek karena Zahra ingin tahu tentang burung hantu. Zahra mendapat tugas di sekolah. Terima kasih, Kek. Kapan-kapan Zahra akan menanyakan tentang burung piaraan kakek yang lainnya. Bolehkan?”
“Boleh! Kalau untuk cucu kakek yang satu ini, kakek pasti akan selalu cerita, asalkan mau bertanya dan rajin-rajin ke sini,” jawab kakeknya sambil mengelus kepala Zahra. 
“OK! Oh, iya, apa tidak sebaiknya burung hantu ini dikembalikan ke habitatnya, Kek? Kasihan! Di sini dia tidak punya banyak teman.”
“Nanti. Kalau sudah waktunya. Kalau burung ini sudah sembuh total. Kakek akan mengembalikan burung hantu ini ke habitatnya, agar dia bisa bebas ke manapun dia terbang.”
“Benar kek. Kita saja manusia tidak mau dikekang, apalagi binatang.”
“Zahra betul, Pintar! Nanti kalau ada binatang yang sedang kesakitan di tengah jalan, Zahra harus menolongnya.”
“Baik, Kek. Oh, iya, Zahra pulang dulu, Kek. Sudah hamper sore. Kalau ada waktu, Zahra nanti ke sini lagi—bercerita-cerita dengan kakek. Assalamu’alaikum!” ujar Zahra bersalaman dengan kakek, dan langsung pergi.
Waalaikumussalam. Hati-hati!”
            Banyak pelajaran berharga yang didapatkan Zahra bersama kakeknya, walaupun hanya sebentar saja dalam seminggu, tapi pengajaran kakek tidak pernah lupa olehnya. Umur tidak menjadikan penghalang untuk Zahra dalam menuntut ilmu. Meskipun kakeknya sudah tua, tapi pengetahuan kakek luas terhadap lingkungan. Rasa peduli kakek terhadap binatang sangat tinggi. Tidak hanya burung piaraannya saja, tapi juga binatang yang lainnya.
            Kakek selalu bertekad untuk menjaga cagar alam yang hampir punah ini. Dipupuk dengan kasih sayang yang dalam, sama seperti manusia. Kelak, jika sudah besar, barulah kakek mengembalikan ke habitatnya, agar binatang-binatang termasuk burung-burung yang masih kecil tidak terlantar.

Ilustrasi gambar dari : https://www.google.com/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&tbm=isch&sa=1&ei=klNpWvWZHYSavQSDy6CoDQ&q=gambar+burung+hantu+piaraan+kartun&oq=gambar+burung+hantu+piaraan+kartun&gs_l=psy-ab.3...7279.8716.0.10429.6.6.0.0.0.0.105.500.5j1.6.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.0.0....0.0r_g_nOCug8

No comments:

Post a Comment