Breaking

Selamat datang di blog Rahmi Intan. Blog ini mengenai seputar karya-karya Rahmi Intan

Thursday, January 25, 2018

Dokter Gigi (Cerpen Motivasi)









“Dokter  Gigi”
Oleh : Rahmi Intan

            Ia menatap ke arah gunung menjulang tinggi itu. Begitu menakjubkan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Menjadikan ia begitu juga yang lain bisa belajar dari alam sekitar.
Waktu itu pengumuman kelulusannya. Lama sekali ia dan teman-teman menunggu amplop kelulusan. Hingga tiba di urutan namanya dipanggil ke depan kelas mengambil amplop kelulusan. Di sana tertulis ‘LULUS’. Ia menghambur kegirangan memeluk teman perempuan yang lain.
            “Kapan ujian tes masuk kedokteran gigi?” tanya orangtuanya.
            “Besok. Doakan aku lulus semua tesnya, Yah, Bu!”
            Keduanya mengangguk tersenyum melihat keceriaannya. Sebentar lagi ia akan belajar di salah satu Universitas ternama jurusan kedokteran gigi. Setelah itu menjadi spesialis periodonsia atau jaringan gusi dan penyangga gigi. Mendapat gelar Sp.Perio, itulah impiannya saat ini. Tentunya telah dirancang sedemikian rapi sejak satu tahun belakangan.
            Berangkatlah ia tes ke Universitas aa. Selama beberapa jam ia tes tertulis dengan materi sains. Dilanjutkan tes wawancara. Setelah itu tes kesehatan. Tinggal menunggu hasil keputusan Universitas tersebut.
            Esok dan hari seterusnya ia juga melakukan tes di Universitas yang berbeda-beda dengan jurusan yang sama. Berharap salah satu di antara beberapa Universitas yang diikuti, bisa satu di antara Universitas itu menerimanya. Selesai semua itu, ia menunggu hasil beberapa minggu ke depan.
            “Bagaimana ujian tesmu, Nak?”
            “Alhamdulillah, sukses!” jawabnya.
            Dua minggu telah berlalu. Saatnya melihat pengumuman kelulusan, siapa yang diterima di Universitas tahun ini. Menjelang ia berangkat tiba-tiba saja penyakit typus melandanya. Mengantarkan ia berbaring di rumah sakit dan di rumah selama satu bulan. Belum lagi penyakit maag kronis yang diderita.
            Satu bulan terbaring di rumah sakit membuat ia tak tahu kabar dari Universitas, disebabkan di tempatnya tidak ada jaringan internet. Untuk mengetahui informasi lebih banyak, ia harus sering-sering ke warung internet yang jaraknya sekitar 15 KM dari rumah. Butuh waktu yang lama juga untuk sampai ke sana. Rasanya tidak mungkin baginya di saat sekarang ke warung internet.
Ia lalui masa kritis selama satu bulan. Kini ia telah sehat. Allah mencabut penyakit typus yang ia derita, begitu juga penyakit maag. Meski terkadang penyakit maagnya sering kambuh kalau terlambat makan.
            Pergilah ia ke warung internet untuk melihat satu Universitas lagi yang belum memberi kabar tentang kelulusannya. Sepengatahuan teman-temannya ia lulus di dua Universitas, yaitu Universitas aa dan Universitas bb dengan jurusan kedokteran gigi. Sayangnya ketua Universitas tidak membolehkan registrasi kuliah lewat jadwal yang ditentukan. Makanya ia tak bisa masuk ke kedua Universitas itu lantaran sakit yang diderita terlalu lama. Tinggal satu Universitas lagi harapannya.
            Jantung deg-degan sebelum membaca pengumuman kelulusan di portal Universitas cc. Ia baca basmallah sebelum membukanya. Alangkah terkejutnya ketika melihat bahwa ia tidak lulus di Universitas itu, disebabkan kesehatannya pada waktu itu tidak stabil. Ternyata penyakit yang ia derita telah ada di dalam tubuh ketika tes kesehatan di Universitas cc. Terbukti pada hasil tes urine.
            “Maafkanku, Yah, Bu! Aku tidak lulus di Universitas cc. Untuk mendaftar kuliah di negeri aku rasa tidak akan bisa lagi. Mungkin di swasta bisa, tapi biaya kuliahnya jauh lebih mahal,” ucapku bersimpuh di hadapan Ayah dan Ibu.
            “Tak apa, Nak. Jalan masih panjang. Kita coba saja mendaftar di swasta. Ayah tadi menemukan brosur ini di jalan. Kalau kau bisa lolos di Yayasan ini jurusan kedokteran gigi, kau bisa menikmati fasilitas lengkap. Kalau dilihat biayanya tidak terlalu mahal.”
            “Baik. Besok aku akan mendaftar ke sana, Yah, Bu.”
            Pergilah ia mendaftar ke Yayasan tersebut. Dilakukan pelbagai tes hingga ia dinyatakan lolos di Yayasan itu. Alangkah girang hati sebentar lagi impiannya terwujud di kampus ini.
Inilah hidup yang harus ia jalani. Kembali ia berbaring di rumah sakit disebabkan penyakit usus buntu. Ia harus segera dioperasi.
Tidak lama ia membutuhkan operasi. Satu minggu istirahat, ia telah bisa kembali beraktifitas di kampus. Untuk masalah absen, ia bisa mengambil jatah dua kali tidak hadir. Jadi tidak masalah, ia tetap bisa masuk dan mengikuti perkuliahan.
****
            Hari ini hari yang paling mengejutkan untuknya dan keluarga ketika ia divonis penyakit bell’s palsy. Suatu penyakit gangguan saraf pada wajah. Gangguan ini terjadi akibat pembengkakan sehingga saraf tidak dapat mengatur pergerakan otot. Otot-otot yang berhubungan langsung dangan saraf tersebut menjadi tidak berfungsi dengan baik.
            Awalnya matanya kering, telinga berdengung, lidah mulai kaku, susah menggerakkan alis mata, kelopak matanya sukar ditutup, leher dan pundaknya terasa kaku, dan gangguan pergerakan bola mata lalu otot wajahnya. Ia terlihat tak berdaya dengan keadaan yang menimpa dirinya sekarang. Mimpi menjadi dokter gigi ia kubur hari ini. Ia tidak tercatat lagi di Yayasan itu. Fokus mengurus kesembuhannya.
            “Semua telah digariskan oleh Allah, Nak. Mungkin takdir belum memberikanmu kuliah di jurusan kedokteran gigi. Sabarlah pada keadaan sekarang. Lawan penyakitmu!”
            Hampir setahun ia bergelut dengan penyakit bell’s palsy. Genap setahun ia sembuh total dari penyakitnya. Kini ia telah bisa kembali beraktifitas seperti sediakala. Ia coba mendaftar di Universitas yang sama dengan jurusan berbeda dari tahun sebelumnya.
            “Selamat! Anda lolos di Universitas kami.”
            Namanya terdapat pada urutan paling atas. Bahagia bukan kepalang, melompat-lompat kegirangan ke sana kemari. Ia tak begitu menyangka akan bisa kuliah. Bertemu teman-teman baru yang tak kalah asik dengan teman-teman sekolah menengah atas dahulu. yang entah di mana sekarang.
            “Allah itu Maha Adil. Allah pasti tahu yang terbaik untuk pilihan hamba-Nya. Sebab Dia yang mengerti jalan hidup ke mana hamba-Nya akan melangkah. Di antara manusia, pasti Allah akan melebihkan sesuatu di antara manusia lain. Di sanalah letak syukur kita,” ujar ibu mengelus kepalanya.
****
            Ia masih menatap ke arah gunung menjulang tinggi itu. Tiba-tiba temannya mengejutkan dari belakang.
            “Sebentar lagi sidang munaqasah. Sudah siap?”
            “Ya. Alhamdulillah, sudah.”
            Sidang berlangsung selama hampir satu jam lebih. Sidang ini menentukan kelolosannya, apa bisa mendapat gelar sarjana tahun ini atau tidak. Lama sekali menunggu, akhirnya ke empat dosen sidang memutuskan ia bisa mendapat gelar sarjana tahun ini, yaitu S.Kom (sarjana komputer).
            “Alhamdulillah, akhirnya kau bisa mendapat gelar sarjana. Jangan bersedih hati lagi! Gelar S.Kom lebih tepat untukmu ketimbang gelar Sp.Perio. Namun, ilmu tentang kedokteran gigi yang kau pelajari selama ini tetap dibagikan ke siapapun, Nak. Dokter gigi dan teknisi komputer sama saja, sama-sama untuk membantu orang lain, bukan?” tutur ibu menasehatinya.
            Ia menatap kedua orangtuanya dalam-dalam penuh kasih sayang berlimpah. Begitu keduanya setia mengurus hidupnya dengan ikhlas tanpa meminta balasan sedikit pun. Dari nasehat orangtua ia bisa hidup sesuai jalur.
            “Terima kasih untuk semuanya, Allah, telah memberiku pelajaran berharga bahwa Engkau selalu bersamaku! Begitu juga kedua orangtuaku, terima kasih yang teramat besar. Mungkin benar, gelar S.Kom lebih pantas untukku ketimbang gelar Sp.Perio.”
            Namun begitu, dokter gigi tetap hidup dalam hatinya sampai kapanpun. Hingga nyawa berpisah dari badannya. Sebab separuh hatinya ada di kedokteran gigi.

[Antologi Cerpen bersama Penerbit Hikari Publishing]    
Bukittinggi, April 2015

Ilustrasi gambar dari https://www.google.com/search?client=firefox-b-ab&biw=1280&bih=881&tbm=isch&sa=1&ei=hJVqWvSnNonnvgS4_qrwDQ&q=gambar+perempuan+dokter+gigi+berjilbabkartn&oq=gambar+perempuan+dokter+gigi+berjilbabkartn&gs_l=psy-ab.3...29319.29319.0.29681.1.1.0.0.0.0.86.86.1.1.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.0.0....0.A5IJhBQb-nE#imgdii=L0Z0NMVocpzthM:&imgrc=I539J8p50T7E_M:

No comments:

Post a Comment