“Menyelami Makna Persahabatan”
Sahabat, ya,
dia yang selalu merangkulmu di saat suka maupun duka. Tak jarang dia meninggalkanmu. Namun, hanya ada satu di
antara seribu yang mau mendengar keluh kesahmu. Ada saat duka maupun suka.
Tentunya kita semua punya kisah masing-masing bersama sahabat, entah itu
sahabat laki-laki maupun sabahat perempuan. Seperti kisah yang dituangkan para
Cerpenis di dalam buku ini. Mereka menyuguhkan rentetan permasalahan dan
kebahagiaan menjadi sebuah sastra yang menggugah.
‘Sepasang Mata untuk Khaira’ adalah
salah satu cerpen di dalam buku ini. Cerpen ini mengisahkan seseorang yang rela
mendonorkan matanya demi sahabat. Ia sangat ingin melihat indahnya pelangi
seperti yang dikatakan orang-orang.
“Aku
hanya bisa mendengarkan perkataan orang. Alangkah bahagianya hati ini jika aku
bisa melihatnya untuk satu menit saja. Tapi Allah belum mengizinkan aku untuk
melihat semuanya itu. Aku yakin Allah sangat sayang padaku. Mungkin Allah lebih
menyukai aku seperti ini, yang tak bisa melihat kebesaran ciptaan-Nya.” (Hal
31)
Aisyah,
sahabat sejati yang berada selalu di sampingnya diam-diam mendonorkan mata
kepadanya. Pada akhirnya Aisyah tak tertolong lagi. Aisyah telah meninggalkan
dunia setelah mendonorkan sepasang bola mata kepadanya. Pengorbanan Aisyah
membuatnya menangis dan menyesal.
“Andai
saja aku bisa memilih, aku tak akan mengharapkan sepasang bola mata jika aku
harus kehilanganmu, Aisyah. Mungkin ini sudah menjadi kehendak Allah. Aku yakin
kamu bahagia di alam sana.” (Hal 43)
Ada juga
cerpen lain yang patut dibaca dan bisa juga dijadikan contoh teladan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti cerpen ‘Tiga Sahabat’ karangan Reni Asih
Widyastuti. Cerpen ini mengisahkan seorang perempuan yang mempunyai tiga
sahabat, tetapi saling berjauhan. Namun begitu, keakraban yang dijalin tak
pernah pupus.
Sahabat pertamanya, mereka bertemu
ketika sekolah dasar. Sahabatnya ini orang yang sangat baik budi pekertinya.
Mau berbagi di kala susah maupun senang. Karena sedikit perselisihan ia
berinisiatif meminta maaf. Permintaan maafnyalah yang menjadikan persabatan
mereka langgeng.
Sahabat
keduanya, mereka sama-sama mencari pekerjaan. Berjuang mati-matian. Sudah
mencari kerja ke mana-mana tetapi tidak dapat-dapat jua. Nyaris mereka putus
asa dibuatnya. Bayangkan saja setiap hari mereka ke sana kemari naik angkot,
berharap ada yang menerima mereka di tempat kerja. Hingga akhirnya mereka
mendapat pekerjaan walau terpisah jarak.
Sahabat
ketiganya, mereka bertemu melalui dunia maya di tahun 2014. Temannya bekerja di
Taiwan. Ia sangat ingin seperti sahabatnya menjadi seorang Penulis. Baginya
sahabatnya telah sukses. Sebab telah memiliki banyak karya dan sudah terbit di
majalah. Ini membuktikan bahwa sahabatnya sudah mendapatkan apa yang
diharapkan. Ia sangat ingin seperti sahabatnya itu; menyusul.
Inilah bukti bahwa sahabat sangat
berharga di dalam hidup. Memang tak hanya seberapa yang bisa dijadikan sahabat.
Tetapi sudah cukup untuk mengerti hidup satu sama lain. Buat apa banyak, namun
sama sekali tidak mengerti susah dan senang satu sama lainnya. Hanya tawa
meledak saja yang terdengar. Tangis kecil tak dihiraukan.
Ada lagi sebuah cerpen di dalam buku
ini yang sangat memukau ‘Sahabatku, Cahaya’. Cerpen ini mengisahkan tentang dua
sahabat yang berjauhan. Ia memiliki teman bernama Nur Atika. Waktu itu temannya
tidak masuk sekolah. Ia sangat khawatir sekali. Pertanyaan silih berganti
membumbung di benaknya.
“Nur
Atika, ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau jarang masuk sekolah?
Apakah itu tidak membuatmu menyesal pelajaran sekolah yang terlewati? Ah,
semoga dia baik-baik saja, ya, Allah. Walau aku sendiri menjadi sepi sebab ia
absen tanpa menitipkan surat izin tidak berangkat sekolah.” (Hal 152)
Setelah
dewasa, sebelum meninggalkan desa, ia mencoba bertandang ke rumah sahabatnya
itu. Berharap sepucuk harapan mendapat kabar yang hakiki. Lagi-lagi hanya kabar
simpang-siur. Pergi ke luar negeri pilihannya saat itu, demi ekonomi
keluarganya. Ribuan waktu terlewati, menyimpan kenangan bersama sahabatnya itu.
Maraknya akun facebook dan blog membuat ia tergiur mencobanya.
Berharap teman lamanya, Nur Atika bisa menemuinya, dan bercanda gurau kembali
seperti sediakala.
Benar saja, mereka dipertemukan
kembali di akun facebook. Waktu itu,
untuk kesekian kalinya ia mencari nama Nur Atika. Sejak saat itu mereka saling
bergurau kembali. Keduanya melepaskan tawa di inbox facebook setelah
sekian lama saling mencari satu sama lain. Maklum, satu di Indonesia dan
satunya lagi di Taiwan.
Dari cerpen ini kita bisa memetik
hikmah bahwa media sosial bisa menghubungkan sebuah persahabatan yang lama
hilang. Memang media sosial kerapkali memiliki banyak sisi negatif, tetapi
tidak ditutup kemungkinan memiliki banyak sisi positifnya juga. Tergantung kita
konsumen yang mempergunakannya.
Tidak hanya tiga cerpen di atas saja
yang menyajikan cerita menarik. Namun banyak lagi cerita-cerita unik dari
cerpenisnya, kisah-kisah yang mengugah hati. Ada cerita duka, cerita bahagia,
cerita haru, dan lain sebagainya. Membuat terkesima, sesekali membuat air mata
menetes ketika membacanya. Tak jarang kita terbawa arus suasana dan tak
bosan-bosan membacanya.
Hadirnya
buku diharapkan agar kita bisa menyelami dan memaknai arti persahabatan
sesungguhnya. Buku ini sangat layak dibaca oleh siapa saja. Sangat baik dibaca
di waktu senggang. Sungguh, kumpulan cerpen inspiratif.
Judul buku : Sepasang Mata untuk Khaira
Penulis : Emira Mora, dkk
Penerbit : FAM Publishing (Pare, Kediri,
Jawa Timur)
Tahun terbit : Maret, 2015
Tebal buku : 162 halaman
ISBN : 978-602-335-018-6
Peresensi : Rahmi Intan
Tempat tinggal : Salibawan, Pasaman, Sumatera Barat
No comments:
Post a Comment